Nama : Anisah Firdaus
NIM : 1305923
Mata Kuliah : Teori Belajar dan Pembelajaran
Pilar- pilar Pendidikan Menurut UNESCO :
1. Learning to know (Belajar untuk mengetahui)
NIM : 1305923
Mata Kuliah : Teori Belajar dan Pembelajaran
Pilar- pilar Pendidikan Menurut UNESCO :
- Learning to know (Belajar untuk mengetahui)
- Learning to do (Belajar untuk berkarya)
- Learning to be (Belajar untuk berkembang utuh)
- Learning to live together (Belajar untuk hidup bersama)
Empat pilar pendidikan yang diungkapkan oleh UNESCO merupakan aspek filosofis
yang harus diterapkan dalam menjalankan proses pendidikan.
1. Learning to know (Belajar untuk mengetahui)
Didalam dunia pendidikan, proses
pembelajaran antara peserta didik dan pendidik menjadi sebuah proses yang umum
dan sudah tidak asing lagi. Ini merupakan contoh pengaplikasian dari empat pilar
pendidikan menurut UNESCO yaitu salah satunya untuk melakukan pembelajaran
untuk mengetahui. Seorang peserta didik sengaja di didik untuk diberikan teori
dan ilmu pengetahuan sehingga wawasan yang dimilikinya semakin luas dan
bertambah. Karena Learning to
know merupakan awal dari terciptanya sebuah desain pendidikan
dan pengembangan pendidikan.
Desain pendidikan dan pengembangan pendidikan merupakan proses
yang kompleks.
Pilarnya adalah nilai-nilai dan
prinsip-prinsip
yang kita pegang.
Desain pendidikan dibentuk melalui 2
poin:
- Apa yang perlu diketahui ? (Apa yang perlu siswa ketahui)
- Bagaimana cara yang efektif untuk mengetahuinya ? (bagaimana cara siswa belajarnya)
Learning to know menjadi pondasi awal yang harus
ditempuh oleh para peserta didik dalam belajar. Karena segala sesuatu yang akan
dilakukan oleh peserta didik setelah mereka menjamah dunia masyarakat, tanpa
pengetahuan yang mendasar dan pengetahuan yang luas, segala bentuk
pengaplikasian di masyarakat pun tidak akan terlaksana. Untuk itu lembaga
pendidikan sekolah formal menjadi wadah dan fasilitas bagi para peserta didik
melaksanakan pembelajaran untuk mengetahui dan berpengetahuan.
2.Learning to do (Belajar untuk berkarya)
Menciptakan sebuah karya adalah
salah satu yang menjadi ciri khas dari seorang individu. Potensi dan bakat
setiap individu termasuk peserta didik pasti berbeda-beda. Sehingga
karya yang mereka hasilkan pun pasti akan berbeda. Proses pembelajaran dalam
konsep learning to do adalah peserta didik harus mau dan mampu (berani)
mengaktualisasi keterampilan yang dimilikinya, selain bakat dan minat yang
telah dimiliki sejak awal. Peserta didik dilatih untuk menciptakan sebuah karya
yang dapat bermanfaat untuk orang lain sebagai implementasi dari apa yang
mereka dapatkan setelah belajar untuk mengetahui. Tempat berlangsungnya pendidikan
(misalnya Sekolah) harus mampu memfasilitasi peserta didik untuk
mengaktualisasi dirinya. Salah satu contohnya adalah di Sekolah Menengah
Kejuruan/SMK, dimana peserta didik dilatih untuk siap menghadapi dunia
pekerjaan dengan praktek yang dilaksanakan dalam proses pembelajarannya
Pondasi-pondasi penting dalam Learning
to Do :
1. Martabat
manusia dan martabat tenaga kerja (Human
Dignity and The Dignity of Labour)
2. Kesehatan
dan harmonisan dengan alam (Health and Harmony with Nature)
3. Kebenaran
dan kebijaksanaan (Truth and Wisdom)
4. Cinta
dan kasih sayang (Love and Compassion)
5. Kreativitas (Creativity)
6. Perdamaian
dan keadilan (Peace and Justice)
7. Pembangunan
berkelanjutan (Sustainable
Development)
8. Persatuan
dan solidaritas nasional (National Unity and Global Solidarity)
9. Spiritual
global (Global Spirituality)
3. Learning to be (Belajar untuk berkembang utuh)
Setelah peserta didik dilatih untuk
menciptakan sebuah karya yang dapat bermanfaat di dalam masyarakat, mereka juga
harus menjadi seseorang yang dapat berkembang utuh. Yaitu memiliki percaya diri
yang tinggi dan dapat menjadi individu yang siap hidup dalam masyarakat. Menurut
Edgar Faure dalam laporannya “ manusia itu hakikatnya tidak lengkap,
terbagi-bagi, dan belum selesai “. Artinya bahwa pendidikan harus diarahkan
untuk pengembangan manusia seutuhnya mulai dari aspek fisik, intelektual,
emosional, dan etika.
Learning to be mengandung arti bahwa
belajar adalah proses dari pembentukan manusia yang menjadi jati dirinya
sendiri. Konsep ini diterapkan agar setiap peserta didik dapat bertanggungg
jawab sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat. Setiap konsep
pilar pendidikan satu sama lain berkesinambungan, setah peserta didik mendapatkan
pengetahuan yang luas dalam belajar, dan dapat mengaplikasikannya dengan baik
dalam menghasilkan sebuah karya, maka peserta didik akan mampu menjadi manusia
yang seutuhnya. Yang dapat berguna bagi dirinya dan orang lain dalam
masyarakat. Sehingga ketiga hal ini menjadi pondasi untuk pilar ke empat yaitu
belajar untuk hidup bersama didalam masyarakat.
4. Learning to live together (Belajar untuk hidup bersama)
Pilar yang terakhir yaitu learning to live together, menjadikan suatu tujuan akhir dari pilar-pilar sebelumnya. Karena ketiga
pilar sebelumnya merupakan pondasi bagi para peserta didik untuk dapat bertahan
hidup dalam dunia masyarakat suatu saat nanti. Karena tanpa ketiga pilar
sebelumnya, peserta didik tidak akan maksimal dalam menghadapi
permasalahan-permasalahan dalam kehidupan yang nyata dalam masyarakat.
Adapun contoh masalah-masalah yang akan
dihadapi peserta didik dalam kehidupan masyarakat adalah:
- Masalah antara global dan lokal
- Masalah antara universal dan individu
- Masalah antara tradisi dan modernitas
- Masalah dalam menentukan jangka waktu suatu program
- Masalah antara kebutuhan untuk kompetensi dan mendapatkan suatu peluang
- Masalah untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman manusia
- Masalah antara spiritual dan material.
Tujuan peserta didik dilatih untuk
dapat hidup bersama adalah karena pada hakikatnya manusia merupakan makhluk
yang tidak dapat hidup sendiri, manusia yang membutuhkan orang lain dan
ketergantungan antara satu dengan lainnya. Dan manusia memiliki jiwa sosial yang
sangat tinggi sehingga sangat penting untuk peserta didik dilatih agar dapat
bermanfaat dan bertahan dalam hidup bermasyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar