Blogger Tips and TricksLatest Tips For BloggersBlogger Tricks

Kamis, 17 Oktober 2013

Resume Pilar- pilar Pendidikan Menurut UNESCO

Nama : Anisah Firdaus
NIM   : 1305923
Mata Kuliah : Teori Belajar dan Pembelajaran 


Pilar- pilar Pendidikan Menurut UNESCO : 
  1. Learning to know (Belajar untuk mengetahui)
  2. Learning to do (Belajar untuk berkarya)
  3. Learning to be (Belajar untuk berkembang utuh)
  4. Learning to live together (Belajar untuk hidup bersama) 
Empat pilar pendidikan yang diungkapkan oleh UNESCO merupakan aspek filosofis yang harus diterapkan dalam menjalankan proses pendidikan.

1.    Learning to know (Belajar untuk mengetahui)
 
            Didalam dunia pendidikan, proses pembelajaran antara peserta didik dan pendidik menjadi sebuah proses yang umum dan sudah tidak asing lagi. Ini merupakan contoh pengaplikasian dari empat pilar pendidikan menurut UNESCO yaitu salah satunya untuk melakukan pembelajaran untuk mengetahui. Seorang peserta didik sengaja di didik untuk diberikan teori dan ilmu pengetahuan sehingga wawasan yang dimilikinya semakin luas dan bertambah. Karena Learning to know merupakan awal dari terciptanya sebuah desain pendidikan dan pengembangan pendidikan. Desain pendidikan dan pengembangan pendidikan merupakan proses yang kompleks. Pilarnya adalah nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang kita pegang.
     Desain pendidikan dibentuk melalui 2 poin:
  1. Apa yang perlu diketahui ? (Apa yang perlu siswa ketahui)
  2. Bagaimana cara yang efektif untuk mengetahuinya ? (bagaimana cara siswa belajarnya)
Learning to know menjadi pondasi awal yang harus ditempuh oleh para peserta didik dalam belajar. Karena segala sesuatu yang akan dilakukan oleh peserta didik setelah mereka menjamah dunia masyarakat, tanpa pengetahuan yang mendasar dan pengetahuan yang luas, segala bentuk pengaplikasian di masyarakat pun tidak akan terlaksana. Untuk itu lembaga pendidikan sekolah formal menjadi wadah dan fasilitas bagi para peserta didik melaksanakan pembelajaran untuk mengetahui dan berpengetahuan.


2.Learning to do (Belajar untuk berkarya)
 
            Menciptakan sebuah karya adalah salah satu yang menjadi ciri khas dari seorang individu. Potensi dan bakat setiap individu termasuk peserta didik pasti berbeda-beda.   Sehingga karya yang mereka hasilkan pun pasti akan berbeda. Proses pembelajaran dalam konsep learning to do adalah peserta didik harus mau dan mampu (berani) mengaktualisasi keterampilan yang dimilikinya, selain bakat dan minat yang telah dimiliki sejak awal. Peserta didik dilatih untuk menciptakan sebuah karya yang dapat bermanfaat untuk orang lain sebagai implementasi dari apa yang mereka dapatkan setelah belajar untuk mengetahui. Tempat berlangsungnya pendidikan (misalnya Sekolah) harus mampu memfasilitasi peserta didik untuk mengaktualisasi dirinya. Salah satu contohnya adalah di Sekolah Menengah Kejuruan/SMK, dimana peserta didik dilatih untuk siap menghadapi dunia pekerjaan dengan praktek yang dilaksanakan dalam proses pembelajarannya
            
Pondasi-pondasi penting dalam Learning to Do :
1.      Martabat manusia dan martabat tenaga kerja (Human Dignity and The Dignity of Labour)
2.      Kesehatan dan harmonisan dengan alam (Health and Harmony with Nature)
3.      Kebenaran dan kebijaksanaan (Truth and Wisdom)
4.      Cinta dan kasih sayang (Love and Compassion)
5.      Kreativitas (Creativity)
6.      Perdamaian dan keadilan (Peace and Justice)
7.      Pembangunan berkelanjutan (Sustainable Development)
8.      Persatuan dan solidaritas nasional (National Unity and Global Solidarity)
9.      Spiritual global (Global Spirituality)

3. Learning to be (Belajar untuk berkembang utuh)
            Setelah peserta didik dilatih untuk menciptakan sebuah karya yang dapat bermanfaat di dalam masyarakat, mereka juga harus menjadi seseorang yang dapat berkembang utuh. Yaitu memiliki percaya diri yang tinggi dan dapat menjadi individu yang siap hidup dalam masyarakat. Menurut Edgar Faure dalam laporannya “ manusia itu hakikatnya tidak lengkap, terbagi-bagi, dan belum selesai “. Artinya bahwa pendidikan harus diarahkan untuk pengembangan manusia seutuhnya mulai dari aspek fisik, intelektual, emosional, dan etika.
            Learning to be mengandung arti bahwa belajar adalah proses dari pembentukan manusia yang menjadi jati dirinya sendiri. Konsep ini diterapkan agar setiap peserta didik dapat bertanggungg jawab sebagai individu sekaligus sebagai anggota masyarakat. Setiap konsep pilar pendidikan satu sama lain berkesinambungan, setah peserta didik mendapatkan pengetahuan yang luas dalam belajar, dan dapat mengaplikasikannya dengan baik dalam menghasilkan sebuah karya, maka peserta didik akan mampu menjadi manusia yang seutuhnya. Yang dapat berguna bagi dirinya dan orang lain dalam masyarakat. Sehingga ketiga hal ini menjadi pondasi untuk pilar ke empat yaitu belajar untuk hidup bersama didalam masyarakat.

4. Learning to live together (Belajar untuk hidup bersama) 
            Pilar yang terakhir yaitu learning to live together, menjadikan suatu tujuan akhir dari pilar-pilar sebelumnya. Karena ketiga pilar sebelumnya merupakan pondasi bagi para peserta didik untuk dapat bertahan hidup dalam dunia masyarakat suatu saat nanti. Karena tanpa ketiga pilar sebelumnya, peserta didik tidak akan maksimal dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dalam kehidupan yang nyata dalam masyarakat.


Adapun contoh masalah-masalah yang akan dihadapi peserta didik dalam kehidupan masyarakat adalah: 
  1. Masalah antara global dan lokal 
  2. Masalah antara universal dan individu
  3. Masalah antara tradisi dan modernitas
  4. Masalah dalam menentukan jangka waktu suatu program
  5. Masalah antara kebutuhan untuk kompetensi dan mendapatkan suatu peluang
  6. Masalah untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman manusia
  7. Masalah antara spiritual dan material.
            Tujuan peserta didik dilatih untuk dapat hidup bersama adalah karena pada hakikatnya manusia merupakan makhluk yang tidak dapat hidup sendiri, manusia yang membutuhkan orang lain dan ketergantungan antara satu dengan lainnya. Dan manusia memiliki jiwa sosial yang sangat tinggi sehingga sangat penting untuk peserta didik dilatih agar dapat bermanfaat dan bertahan dalam hidup bermasyarakat. 


 

Selasa, 08 Oktober 2013

V. Faktor-faktor yang mempengaruhi Belajar dan Pembelajaran

Nama : Anisah Firdaus
NIM   : 1305923
Mata Kuliah : Teori Belajar dan Pembelajaran

Secara umum factor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu factor internal dan factor eksternal . kedua factor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
A. Factor internal
Factor internal adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Factor-faktor internal ini meliputi factor fisiologis dan factor psikologiss.
1.      Factor fisiologis

Factor-faktor fisiologis adalah factor-factor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Factor-factor ini dibedakan menjadi dua macam.

Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.

Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah :

a.      menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena  kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu , dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar,
b.      rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat;
c.      istirahat yang cukup dan sehat.

Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula . dalam proses belajar , merupakan pintu  masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh lkarena itu, baik guru maupun siswwa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.

2. Factor psikologis

Factor –faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa factor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat.

        kecerdasan /intelegensia siswa

Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan dmikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hamper seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan factor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai factor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya.
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut ((Fudyartanto  2002).

Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision
Tingkat kecerdasan (IQ)
Klasifikasi
140 – 169
Amat superior
120 – 139
Superior
110 – 119
Rata-rata tinggi
90 – 109
Rata-rata
80 – 89
Rata-rata rendah
70 – 79
Batas lemah mental
20 — 69
Lemah mental


Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:

A.      Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ 140—IQ 169;
B.     Kelompok kecerdasan superior merenytang anatara IQ 120—IQ 139;
C.     Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang anatara IQ 110—IQ 119;
D.     Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90—IQ 109;
E.     Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80—IQ 89;
F.      Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70—IQ 79;
G.     Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20—IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.

Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu megarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.

-          Motivasi

Motivasi adalah salah satu factor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motaivasi intrinsic adalah semua factor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsic relaatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsic untuk belajar anatara lain adalah:

a.      Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas;
b.      Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju;
c.      Adanaya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebaginya.
d.      Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.

Motivasi ekstrinsik adalah factor yang dating dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah. 

-          Minat

Secara sederhana,minaat (interest) nerrti kecemnderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai factor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Anatara lain, pertama, dengan mebuat materi yang akan dipelajarai semenarik mingkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desai pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang  studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
  
-          Sikap

Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun negative (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaranyang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkansiswa bahwa bidang studi yang dipelajara bermanfaat bagi ddiri siswa.

-          Bakat

Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satukomponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasiyang berhungan dengan bakat yang dimilkinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar jug dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung,ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.

b. Factor-faktor eksogen/eksternal

Selain karakteristik siswa atau factor-faktor endogen, factor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktaor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu factor lingkungan social dan factor lingkungan nonsosial.

1)                  Lingkungan social

a.      Lingkungan social sekolah, seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b.      Lingkungan social massyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
c.      Lingkungan social keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.

2)                  Lingkungan non social.     

 Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah;
a.      Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan factor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b.      Factor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
c.      Factor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Factor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga denganmetode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.

Jumat, 04 Oktober 2013

IV. Resume : Prinsip-prinsip Belajar, Mengajar & Pembelajaran

Nama : Anisah Firdaus
NIM   : 1305923
Mata Kuliah : Teori Belajar dan Pembelajaran



Sebelumnya mari kita bahas sedikit tentang definisi Belajar. Belajar menurut Dale H. Schunk
"Learning is an enduring change in behavior, or in capacity to behave in a given fashion which result from practice or other forms or experiences" 
yang artinya "Belajar adalah suatu perubahan perilaku, atau kemampuan untuk berperilaku secara sempurna/utuh yang di hasilkan dengan cara tertentu melalui praktek, bentuk lain atau pengalaman"

Dalam pengertian tadi ada dua kata kunci penting yang pertama Change in Behavior yang artinya Belajar itu adalah sebuah perubahan perilaku yang bersifat permanen "Relativelly Permanent". Maksudnya di sini jika seseorang di katakan telah belajar yaitu dia telah mendapatkan ilmu, dan ilmu tersebut ada/terus menerus di pakai. Kata kunci kedua yaitu Which Result = yang di hasilkan. Belajar adalah faktor yang di sengaja atau di rencanakan. 

Contohnya : Seorang murid yang pergi untuk belajar di sekolah dia mengikuti semua kegiatan belajar di sekolah, akan tetapi tak ada ilmu yang ia dapat di sekolahnya. Misal, di sekolah saat belajar dia mengobrol dengan temannya, bermain handphone atau sebagianya sehingga pelajaran pun Masuk telinga kiri keluar telinga kanan. Namun jika seseorang telah belajar maka ilmu yang ia dapat ada dan di pakainya secara terus menerus.

Adapaun Prinsip-prinsip Belajar, sebelumnnya membahas tentang prinsip, Apa itu Prinsip?

Prinsip = Kebenaran yang menjadi dasar pokok perfikir atau kaidah-kaidah yang mengikat.

Prinsip-prinsip Belajar :
  1. Belajar merupakan bagian dari perkembangan.
  2. Belajar berlangsung seumur hidup.
  3. Keberhasilan belajar di pengaruhi oleh faktor bawaan, lingkungan, kematangan, serta usaha dari setiap individu itu sendiri.
  4. Belajar mencakup semua aspek kehidupan.
  5. Kegiatan belajar berlangsung pada setiap tempat dan waktu.
  6. Belajar berlangsung dengan guru ataupun tanpa guru.
  7. Dalam belajar di butuhkan motivasi
  8. Pembuatan belajar bervariasi dari mulai yang sederhana sampai yang komplek.
  9. Dalam belajar terjadi adanya hambatan-hambatan.
  10. Kegiatan belajar di perlukan bantuan atau bimbingan dari orang lain. 
  • Ada suatu Teori di mana teori tersebut mengatakan bahwa lingkungan dalam proses belajar tidak terlalu berpengaruh tapi lebih pada sifat bawaan, dengan kata lain bahwa aliran nativisme berpandangan segala sesuatunya ditentukan oleh faktor-faktor yang dibawa sejak lahir. teori ini adalah teori Nativisme.
  • Empirisme, adalah kebalikan dari teori Nativisme yaitu di mana teori ini mengatakan bahwa lingkungan sangat berpengaruh pada proses belajar, bahwa lingkungan adalah segala-galanya.
  • Teori ini bisa di katakan netral, karena teori Konvergensi adalah teori yang mengatakan bahwa baik lingkungan ataupun faktor bawaan memiliki peranan yang amat penting.
Ada 4 pilar Belajar  menurut UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization)
  1. Learning to know (belajar mengetahui)
  2. Learning to do (belajar melakukan sesuatu)
  3. Learning to live together (belajar hidup bersama)
  4. Learning to be (belajar menjadi sesuatu) 


Learning to know, di sini sudah jelas terlihat dari arti kata know sendiri adalah mengetahui, yang berarti bahwa belajar pada hakikatnya adalah merupakan usaha untuk mencari tau akan suatu informasi yang di butuhkan dan berguna bagi kehidupan, dalam prosesnya tidak sekedar mengetahuai apa yang bermanfaat  tetapi juga mengetahui akan apa yang tidak bermanfaat bagi kehidupannya. 

Learning to do, di sini kita di tuntut untuk bisa melakukan sesuatu dari apa yang telah kita dapatkan dari proses belajar yaitu dengan berkarya atau mengimplementasikan apa yang telah di pelajari.

Learning to live together, dalam pilar ini kita harus mampu berperan dalam lingkungan di mana individu tersebut berada, dan sekaligus menempatkan diri sesuai dengan peranya. Pemahaman tentang peran diri dan orang lain dalam kelompok belajar merupakan bekal dalam bersosialisai di masyarakat.

Learning to be, Menjadi diri sendiri di artikan sebagai proses pemahaman terhadap kebutuhan danjati diri. Belajar berprilaku sesuai dengan norma dan kaidah yang berlaku di masyarakat, belajar menjadi orang yang berhasil, yang merupakan proses pencapaian aktualisasi diri.


Sekarang mari kita bahas tentang Pembelajaran :

Jika menuruUU No. 20 tahun 2003 "Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengah pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar."

Adapun Unsur-unsur Pembelajaran, yaitu :
  • Interaksi 
  • Peserta didik
  • Pendidik
  • Sumber
  • Lingkungan
Dalam proses Pembelajaran di haruskan ada keempat prinsip tersebut jika salah satu prinsip di atas tidak ada maka tidak bisa di sebut sebagai pembelajaran.


Mengajar
The Many roles of a Teacher
  1. The Teachher as an Instructional (pengajar ahli)
  2. The Teacher as Motivator (pemotivasi)
  3. The Teacher as Manager (pengelola)
  4. The Teacher as Leader (pemimpin/memengaruhi)
  5. The Teacher as Conselor (pembimbing/penasehat)
  6. The Teacher as Environmental Engineer (perekayasa lingkungan) 

Five Varities of Learning
Gagne & Briggs

Learned Capability

Performance
Verbal Information
Starting Information
Attitudes
Choosing to behave in particular way
Intelektual skills
Using consepts and rules to slove problems, responding to classes of stimuli as distinct from recaling specific examples.

Motor skills
Executing bodily movements smootly and in proper sequence.
Cognitive strategy
Orginating novel solutions to problems, untilizing various means for controling.


Sumber : 
Schunk, H, Dale. Learning Theories : An Educational Perspective, Sixth Edition. Pearson Education, Inc. 2012.