Blogger Tips and TricksLatest Tips For BloggersBlogger Tricks

Rabu, 11 Desember 2013

Identifikasi Masalah Dalam Pendidikan & Peta Konsep

Nama : Anisah Firdaus
NIM : 1305923
Mata Pelajaran : Teori Belajar dan Pembelajaran

Masalah dalam Pendidikan Indonesia

Indonesia semakin hari kualitasnya makin rendah. Berdasarkan Survey United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO), terhadap kualitas pendidikan di Negara-negara berkembang di Asia Pacific, Indonesia menempati peringkat 10 dari 14 negara. Sedangkan untuk kualitas para guru, kulitasnya berada pada level 14 dari 14 negara berkembang.

Salah satu faktor rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah karena lemahnya para guru dalam menggali potensi anak. Para pendidik seringkali memaksakan kehendaknya tanpa pernah memperhatikan kebutuhan, minat dan bakat yang dimiliki siswanya. Kelemahan para pendidik di Indonesia, mereka tidak pernah menggali masalah dan potensi para siswa. Pendidikan seharusnya memperhatikan kebutuhan anak bukan malah memaksakan sesuatu yang membuat anak kurang nyaman dalam menuntut ilmu. Proses pendidikan yang baik adalah dengan memberikan kesempatan pada anak untuk kreatif. Itu harus dilakukan sebab pada dasarnya gaya berfikir anak tidak bisa diarahkan.

Selain itu kurikulum hanya didasarkan pada pengetahuan pemerintah tanpa memperhatikan kebutuhan masyarakat. Pendidikan tidak mampu menghasilkan lulusan yang kreatif. Ini salahnya, karena kurikulum dibuat di Jakarta dan tidak memperhatikan kondisi di masyarakat bawah. Jadi, para lulusan hanya pintar cari kerja dan tidak pernah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri, padahal lapangan pekerjaan yang tersedia terbatas.

Kualitas pendidikanIndonesia sangat memprihatinkan. Berdasarkan analisa dari badanpendidikan dunia (UNESCO), kualitas para guru Indonesia menempati peringkat terakhir dari 14 negara berkembang di Asia Pacifik. Posisi tersebut menempatkan negeri agraris ini dibawah Vietnam yang negaranya baru merdeka beberapa tahun lalu. Sedangkan untuk kemampuan membaca, Indonesia berada pada peringkat 39 dari 42 negara berkembang di dunia. Lemahnya input quality, kualitas guru kita ada diperingkat 14 dari 14 negara berkembang. Ini juga kesalahan negara yang tidak serius untuk meningkatkan kualitas.

Berkenaan dengan penjelasan tersebut munculah masalah-masalah umum dalam Pendidikan Indonesia, yaitu :

1. Rendahnya Kualitas Sarana Fisik
2. Rendahnya Kualitas Guru
3. Rendahnya Kesejahteraan Guru
4. Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan
5. Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan
6. Mahalnya Biaya Pendidikan

Berdasarka Permasalahan Umum di atas maka munculah sub-sub masalah dalam pendidikan di Indonesia :

1. Dalam Rendahnya Kualitas Sarana Fisik, maka masalah-masalah yang akan di Hadapi Adalah :
  • Kurangnya minat belajar pada siswa
  • Kurang efektifnya guru dalam memaksimalkan pengajaran
  • Sarana dan prasarana yang kurang dapat menghambat proses belajar
  • Rendahnya Prestasi Siswa


2. Dalam Rendahnya Kualitas Guru, maka akan timbul masalah-masalah sebagai berikut :
  • Banyak Guru belum memiliki profesionalisme yang memadai
  • Banyak guru yang tidak memenuhi kualitas mengajar (under quality). Karena ketidaksesuaian bidang studi yang di kuasai dengan pelajaran yang harus diberikan kepada anak didik
  • Berdampak pada mutu Guru yang rendah di Negara Indonesia


3. Dalam Rendahnya Kesejahteraan Guru, maka akan timbul masalah-masalah sebagai berikut :
  • Berdampak pada rendahnya pendidikan Indonesia
  • Kesenjangan kesejahteraan guru swasta dan negeri 


4. Dalam Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan, akan timbul masalah-masalah sebagai berikut :
  • Menghambat pengembangan sumber daya manusia secara keseluruhan.
5. Dalam Rendahnya Relevansi Pendidikan dengan Kebutuhan, akan timbul juga masalah seperti :
  • Ketidakserasian antara hasil pendidikan dan kebutuhan dunia kerja
  • Banyak anak yang putus sekolah dan tidak memiliki keterampilan hidup
  • Penyebab dari banyak munculnya pengangguran


6. Dari Mahalnya Biaya Pendidikan, akan timbul masalah-masalah seperti :
  • Keterbatasan dalam memperoleh pendidikan sehingga banyak anak yang tidak mendapat bangku sekolah.
Banyak sekali faktor yang menjadikan rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia. Faktor-faktor yang bersifat teknis diantaranya adalah rendahnya kualitas guru, rendahnya sarana fisik, mahalnya biaya pendidikan, rendahnya prestasi siswa, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya relevansi pendidikan dengan kebutuhan, kurangnya pemerataan kesempatan pendidikan. Namun sebenarnya yang menjadi masalah mendasar dari pendidikan di Indonesia adalah sistem pendidikan di Indonesia itu sendiri yang menjadikan siswa sebagai objek, sehingga manusia yang dihasilkan dari sistem ini adalah manusia yang hanya siap untuk memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Salah satu cara yang harus dilakukan bangsa Indonesia agar tidak tertinggal dengan negara-negara lain adalah dengan meningkatkan kualitas pendidikannya terlebih dahulu. Dengan meningkatnya kualitas pendidikan berarti sumber daya manusia yang terlahir maka akan semakin baik pula mutunya dan akan mampu membawa bangsa ini bersaing secara sehat dalam segala bidang di dunia internasional. 



 Berikut adalah peta konsep dalam Masalah Pendidikan Indonesia :














Senin, 09 Desember 2013

Taksonomi Bloom (Ranah Afektif, Kognitif, dan Psikomotor)

Nama : Anisah Firdaus
NIM : 1305923
Mata Pelajaran : Teori Belajar dan Pembelajaran

Taksonomi Bloom 
Taksonomi yang dibuat untuk tujuan pendidikan telah lama dikembangkan, dan tokoh yang begitu terkenal dengan konsep taksonominya adalah Benjamin, S. Bloom. Sehingga taksonomi pendidikan yang cetuskannya diabadikan dengan sebutan nama penemunya yaitu Taksonomi Bloom.
Secara teoritis, menurut taksonomi Bloom ini, tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
  1. Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir. 
  2. Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri. 
  3. Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan mengoperasikan mesin.
Dari setiap ranah tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah, seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan pertama.

1 . Ranah Kognitif

     Pada dasarnya Kognitif adalah kemampuan intelektual siswa dalam berpikir, menegtahui dan memecahkan masalah. Menurut Bloom, segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah kognitif. Ranah kognitif berhubungan dengan kemampuan berfikir, termasuk didalamnya kemampuan menghafal, memahami, mengaplikasi, menganalisis, mensintesis, dan kemampuan mengevaluasi Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir, mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi.
Berikut adalah kenam jenjang ranah kognitif : 
  1. Pengetahuan (Knowledge) Adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, rumus-rumus, dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunkannya. Pengetahuan atau ingatan di sebut sebagai proses berfikir yang paling rendah. 
  2. Pemahaman (Comprehension) Adalah kemampuan untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu diketahui dan diingat. Dengan kata lain, memahami adalah mengetahui tentang sesuatu dan dapat melihatnya dari berbagai segi. Seseorang peserta didik dikatakan memahami sesuatu apabila ia dapat memberikan penjelasan atau memberi uraian yang lebih rinci tentang hal itu dengan menggunakan kata-katanya sendiri. 
  3. Aplikasi (Application) Adalah kemampuan menggunakan atau menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut penggunaan aturan dan prinsip. Penerapan merupakan tingkat kemampuan berfikir yang lebih tinggi daripada pemahaman. 
  4. Analisis (Analysis) Adalah kemampuan untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor yang satu dengan faktor-faktor lainnya. 
  5. Sintesis (Synthesis) Adalah kemampuan berfikir yang merupakan kebalikan dari proses berfikir analisis. Sisntesis merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang yang berstruktur atau berbentuk pola baru. 
  6. Evaluasi (Evaluation) Adalah merupakan jenjang berpikir paling tinggi dalam ranah kognitif dalam taksonomi Bloom. Penilian/evaluasi disini merupakan kemampuan untuk membuat pertimbangan terhadap suatu kondisi, misalnya jika seseorang dihadapkan pada beberapa pilihan maka ia akan mampu memilih satu pilihan yang terbaik sesuai dengan patokan-patokan atau kriteria yang ada.
2 . Ranah Afektif

       Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Beberapa pakar mengatakan bahwa sikap seseorang dapat diramalkan perubahannya bila seseorang telah memiliki kekuasaan kognitif tingkat tinggi. Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Ranah afektif menjadi lebih rinci lagi ke dalam lima jenjang, yaitu:
  1. Penerimaan (Receiving/Attending)  Penerimaan atau Receiving adalah kepekaan seseorang dalam menerima rangsangan (stimulus) dari luar yang datang kepada dirinya dalam bentuk masalah, situasi, gejala dan lain-lain. Termasuk dalam jenjang ini misalnya adalah: kesadaran dan keinginan untuk menerima stimulus, mengontrol dan menyeleksi gejala-gejala atau rangsangan yang datang dari luar. Receiving atau attenting juga sering di beri pengertian sebagai kemauan untuk memperhatikan suatu kegiatan atau suatu objek. Pada jenjang ini peserta didik dibina agar mereka bersedia menerima nilai atau nilai-nilai yang di ajarkan kepada mereka, dan mereka mau menggabungkan diri kedalam nilai itu atau meng-identifikasikan diri dengan nilai itu. 
  2. Tanggapan (Responding) Tanggapan atau Responding mengandung arti “adanya partisipasi aktif”. Jadi kemampuan menanggapi adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengikut sertakan dirinya secara aktif dalam fenomena tertentu dan membuat reaksi terhadapnya salah satu cara. Jenjang ini lebih tinggi daripada jenjang receiving.  
  3. Penghargaan (Valuing) Menilai atau menghargai artinya memberikan nilai atau memberikan penghargaan terhadap suatu kegiatan atau obyek. Dalam kaitan dalam proses belajar mengajar, peserta didik disini tidak hanya mau menerima nilai yang diajarkan tetapi mereka telah berkemampuan untuk menilai konsep atau fenomena, yaitu baik atau buruk. Bila suatu ajaran yang telah mampu mereka nilai dan mampu untuk mengatakan “itu adalah baik”, maka ini berarti bahwa peserta didik telah menjalani proses penilaian.  
  4. Pengorganisasian (Organization) Mengatur atau mengorganisasikan artinya mempertemukan perbedaan nilai sehingga terbentuk nilai baru yang universal, yang membawa pada perbaikan umum. Mengatur atau mengorganisasikan merupakan pengembangan dari nilai kedalam satu sistem organisasi, termasuk didalamnya hubungan satu nilai denagan nilai lain., pemantapan dan perioritas nilai yang telah dimilikinya 
  5. Karakterisasi Berdasarkan Nilai-nilai (Characterization by a Value or Value Complex) Ini lebih mengacu kepada karakter dan daya hidup sesorang. Tujuan dalam kategori ini ada hubungannya dengan keteraturan pribadi, sosial dan emosi jiwa. Yaitu keterpaduan semua sistem nilai yang telah dimiliki oleh seseorang, yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya. Nilai itu telah tertanam secara konsisten pada sistemnya dan telah mempengaruhi emosinya. Pada jenjang ini peserta didik telah memiliki sistem nilai yang mengontrol tingkah lakunya untuk waktu yang lama, sehingga membentu karakteristik “pola hidup” tingkah lakunya menjadi lebih konsisten, menetap dan lebih mudah diperkirakan.
3.  Ranah Psikomotor

       Ranah psikomotor adalah kemampuan yang dihasilkan oleh fungsi motorik manusia yaitu berupa keterampilan untuk melakukan sesuatu. Keterampilan melakukan sesuatu tersebut, meliputi keterampilan motorik, keterampilan intelektual, dan keterampilan sosial. Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, namun dibuat oleh ahli lain tetapi tetap berdasarkan pada domain yang dibuat Bloom. Ranah psikomotorik ini dikembangkan oleh Simpson, dan klasifikasi ranah psikomotorik tersebut adalah:
  1. Persepsi (Perception) Penggunaan alat indera untuk menjadi pegangan dalam membantu gerakan. Persepsi ini mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya ransangan (stimulasi) dan perbedaan antara seluruh rangsangan yang ada. 
  2. Kesiapan (Set) Kesiapan fisik, mental, dan emosional untuk melakukan gerakan. Kesiapan mencakup kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau rangakaian gerakan. Kemampuan ini dinyatakan dalam bentuk kesiapan jasmani dan rohani. 
  3. Guided Response (Respon Terpimpin)  Tahap awal dalam mempelajari keterampilan yang kompleks, termasuk di dalamnya imitasi dan gerakan coba-coba. 
  4. Mekanisme (Mechanism) Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga tampil dengan meyakinkan dan cakap. Ini mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangakaian gerakan dengan lancer karena sudah dilatih secukupnya tanpa memperhatikan contoh yang diberikan. 
  5. Respon Tampak yang Kompleks (Complex Overt Response) Gerakan motoris yang terampil yang di dalamnya terdiri dari pola-pola gerakan yang kompleks. Gerakan kompleks mencakup kemampuan untuk melaksanakan suatu ketrampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan lancar, tepat dan efisien. Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu rangkaian perbuatan yang berurutan dan menggabungkan beberapa subketrampilan menjadi suatu keseluruhan gerak-gerik yang teratur. 
  6. Penyesuaian (Adaptation) Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat disesuaikan dalam berbagai situasi. Adaptasi ini mencakup kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan poila gerak-gerik dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan taraf ketrampilan yang telah mencapai kemahiran. 
  7. Penciptaan (Origination) Membuat pola gerakan baru yang disesuaikan dengan situasi atau permasalahan tertentu. Penciptaan atau kreativitas adalah mencakup kemampuan untuk melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa dan inisiatif sendiri.
Selain Sympson, Dave juga mengemukakan pendapat terkait domain psikomotor, Khusus keterampilan motorik Dave (1967), membaginya dalam lima jenjang, yaitu: peniruan, penggunaan, ketepatan, perangkaian, dan naturalisasi.  Klasifikasi ranah psikomotor dijabarkan sebagai berikut :
  • Peniruan (Imitation) adalah mengamati perilaku dan pola setelah orang lain. Kinerja mungkin kualitas rendah. 
  • Penggunaan (Manipulation) adalah mampu melakukan tindakan tertentu dengan mengikuti instruksi dan berlatih. 
  • Ketepatan (Precision) adalah mengulangi pengalaman serupa agar menuju perubahan yang ke arah yang lebih baik. 
  • Perangkaian (Articulation) adalah koordinasi serangkaian tindakan, mencapai keselarasan dan konsistensi internal. 
  • Naturalisasi (Naturalitation): Setelah kinerja tingkat tinggi menjadi alami, tanpa perlu berpikir banyak tentang hal itu.




Kamis, 28 November 2013

Resume Teori Belajar Humanistik

Nama : Anisah Firdaus
NIM : 1305923
Mata Pelajaran : Teori Belajar & Pembelajaran

Teori Belajar Humanistik
I.Konsep Dasar Teori Belajar Humanistik
       Teori belajar Humanistik ini bertujuan untuk memanusiakan seorang manusia untuk mampu mengaktualisasikan diri dalam hidup dan penghidupannya. Konsep belajar humanistiknya sendiri berasal dari aliran psikologi humanistik. Teori belajar Humanistik ini menitik-beratkan pada kebebasan individu untuk mengungkapkan pendapat dan menentukan pilihannya, nilai-nilai, tanggung jawab personal, otonomi, tujuan dan pemaknaan. Pada proses belajar harus berorientasikan pada peserta didik sebagai subjek belajarnya, pendidikan yang efektif menurut aliran ini adalah pendidikan yang berpusat pada minat, dan kebutuhan-kebutuhan peserta didik. Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran yang humanis adalah pendekatan dialogis, reflektif, dan ekspresif.

II.Prinsip Teori Humanistik

1. Manusia memiliki kemampuan alami untuk belajar
2. Belajar menjadi signifikan apabila apa yang dipelajari memiliki   relevansi dengan keperluan mereka
3. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya
4. Tugas belajar dapat lebih diterima dan diasimilasikan apabila ancaman dari luar itu semakin kecil
5. Bila ancaman itu rendah terdapat pengalaman siswa dalam memperoleh cara
6. Belajar yang bermakna diperoleh jika siswa melakukannya
7. Belajar lancar jia siswa dilibatkan dalam proses belajar
8. Belajar yang melibatkan siswa seutuhnya dapat memberi hasil yang mendalam
9. Kepercayaan pada diri siswa ditumbuhkan dengan membiasakan untuk mawas diri
10. Belajar sosial adalah belajar mengenai proses belajar

III. Implementasi terhadap pembelajaran
Peran Guru sebagai Fasilitator :
  
       Seorang guru di wajibkan untuk memberi perhatian dan motivasi, selain itu guru harus bisa membantu siswa untuk memperoleh dan memperjelas tujuan-tujuan perorangan di dalam kelas dan juga tujuan-tujuan kelompok yang bersifat umum. Seorang guru harus bisa memahami karakteristik siswa dan mengatur juga menyediakan sumber-sumber untuk belajar, selalu dapat menyesuaikan dirinya untuk berbaur bersama siswanya, berkomunikasi dengan sangat baik, dan dapat memahami dirinya dan tentunya agar dapat memahami siswanya sendiri.
      
Tujuan pembelajaran teori Humanistik ini lebih kepada proses belajarnya daripada hasil belajar. Adapun proses yang umum dilalui seorang guru adalah :
1. Merumuskan tujuan belajar yang jelas.
2. Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui kontrak belajar yang bersifat jelas , jujur dan positif.
3. Mendorong siswa untuk mengembangkan kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif sendiri.
4. Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis dan memaknai proses pembelajaran secara mandiri.

         Di sini si siswa di dorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung risiko dari perilaku yang ditunjukkan. Jadi si Guru di sini menerima siswa apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran siswa, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong siswa untuk bertanggung jawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya, memberikan kesempatan siswanya untuk maju sesuai dengan kemampuannya. Lalu evaluasi diberikan secara individual berdasarkan prestasi siswa yang di peroleh.

IV. Tokoh-tokoh Teori Belajar Humanistik

a.  Abraham Maslow

      Di kenal sebagai pelopor aliran humanistik.Maslow percaya bahwa manusia bergerak untuk memahami dan menerima dirinya sebisa mungkin. Teorinya yang paling di kenal adalah teori tentang Hierarchy of Needs( Hirarki kebutuhan ). Dia mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri orang memiliki rasa takut yang dapat membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan. Manusia juga bermotivasi untuk memenuhi kebutuhan – kebutuhan hidupnya. Kebutuhan – kebutuhan tersebut memiliki hirarki ( tingkatan ) mulai dari yang rendah sampai yang tinggi. Adapun hirarki – hirarki tersebut adalah :
1.      Kebutuhan fisiologis atau dasar
2.      Kebutuhan akan aman dan tenteram
3.      Kebutuhan akan dicintai dan disayangi
4.      Kebutuhan untuk dihargai
5.      Kebutuhan untuk aktualisasi diri

Gambar Piramida Hirarki kebutuhan menurut Maslow.

Maslow juga mengemukakan bahwa teori belajar Humanistik didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal yaitu  : 

1. Suatu usaha yang positif untuk berkembang
2. Kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

b. Carl Ransom Rogers 
Menurutnya kebutuhan seorang individu ada 4 yaitu :
1. Pemeliharaan
2. Peningkatan diri
3. Penghargaan positif (positive regard) dan
4. Penghargaan diri yang positif (positive self-regard) 

c. Artuthur Combs
Belajar terjadi apabila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.

d. Kolb  
Menurut Kolb ada 4 tahap belajar :
1.Tahap pengalaman kongkrit : Seseorang mampu atau dapat mengalami suatu peristiwa atau suatu kejadian sebagaimana adanya.
2.Tahap pengalaman aktif dan reflektif : Seseorang makin lama akan semakin mampu melakukan observasi secara aktif terhadap peristiwa yang dialaminya.
3.Tahap konseptualisasi : Seseorang sudah mulai berupaya untuk membuat abstraksi, mengembangkan suatu teori, konsep, atau hukum dan prosedur tentang sesuatu yang menjadi objek perhatiannya.
4.Tahap eksperimentasi aktif : Melakukan eksperimentasi secara aktif

 e. Honey Dan Mumford
  
Mereka mengemukakan bahwa ada 4 golongan orang belajar :
1.Kelompok aktivis : mereka yang senang melibatkan diri dan berpartisipasi aktif dalam berbagai kegiatan dengan tujuan untuk memperoleh pengalaman-pengalaman baru.
2.Golongan reflector : mempunyai kecenderungan yang berlawanan dengan mereka yang termasuk kelompok aktivis.
3.Kelompok teoritis : Mereka memiliki kecenderugan yang sangat krritis, suka menganalisis, selalu berfikir rasional dengan menggunakan penalarannya.
4.Golongan pragmatis : mereka memiliki sifat-sifat praktis, tidak suka berpanjang lebar dengan teori-teori, konsep-konsep, dalil-dalil, dan sebagainya

f. Habermas
  
Menurut Habernas belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara individu dengan lingkungannya (lingkungan alam maupun lingkkungan sosial).
Ada 3 tipe belajar :
1. Belajar teknis (technical learning) : Belajar teknis adalah belajar bagaimana seseorang dapat beinteraksi dengan lingkungan alamnya secara benar.
2. Belajar praktis (practical learning) : Belajar praktis adalah belajar bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, yaitu dengan orang-orang di sekelilingnya dengan baik.
3. Belajar emansipatoris menekanan upaya agar seseorang mencapai suatu pemahaman dan kesadaran yang tinggi akan terjadinya perubahan atau informasi budaya dalam lingkungan sosialnya.

 g. Bloom dan Krathwohl 
  
Mereka mengemukakan bahwa ada 3 kawasan yang mungkin dipelajari :
1.Kognitif : Pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, evaluasi
2.Psikomotor : Peniruan, penggunaan, ketepatan, perangkaian, naturalisasi
3. Afektif : Pengenalan, merespon, penghargaan, pengorganisasian, pengalaman 

V. Kelebihan dan kekurangan Teori Belajar Humanistik 
Kelebihan


· Bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, analisis terhadap fenomena sosial.
· Siswa merasa senang, berinisiatif dalam belajar.
· Guru menerima siswa apa adanya,memahami jalan pikiran siswa.
· Siswa mempunyai banyak pengalaman yang berarti
· Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri; membantu siswa memahami bahan belajar secara lebih mudah.
· Indikator dari keberhasilan aplikasi ini ialah siswa merasa senang dan bergairah
· Terjadinya perubahan pola pikir
· Siswa diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara tanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang-orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin, atau etika yang berlaku
· Siswa dituntut untuk berusaha agar lambat laun mampu mencapai aktualisai diri dengan sebaik-baiknya.

Kekurangan 

· Bersifat individual.
· Proses belajar tidak akan berhasil jika tidak ada motivasi dan lingkungan yang mendukung.
· Sulit diterapkan dalam konteks yang lebih praktis
· Peserta didik kesulitan dalam mengenal diri dan potensi-potensi yang ada pada diri mereka.
· Siswa yang tidak mau memahami potensi dirinya akan ketinggalan dalam proses belajar.
· Siswa tidak aktif dan malas belajar akan merugikan diri sendiri dalam proses belajar
· Peran guru dalam proses pembentukan dan pendewasaan kepribadian siswa menjadi berkurang
· Keberhasilan proses belajar lebih banyak ditentukan oleh siswa itu sendiri.